Senin, 05 Maret 2012

PUISI

Memahkotai Cinta Mendamba Pendar Pendar Asmara

Perasaan ini membuncah
Mendekam oleh kubangan waktu
Menyekat hasrat akan sebentuk pertemuan
Menentramkan nurani dalam setiap percakapan di alur kebersamaan

Tatapan mata, tutur bahasa, sentuhan mesra pendar asmara
Mengiringi biduk - biduk noktah cinta kita
Terpahat sudah dalam goresan di jiwa
Menjadikan sebentuk prasasti peristiwa di kehidupan kita

Aku teramat sangat memujamu
Aku begitu dalam menyanjungmu
Aku begitu dalam menyayangimu

Rasa yang tergenggam
Mengilhami setiap langkah kehidupan
Dan lara kesedihanku
Terhapus sudah jika ku melihat seutas senyum manis darimu

Maka biarkan cinta kita bersemi
Merekah bermekaran menyambut kedatangan mentari pagi
Dan semoga menjadi keabadian
Dalam sebentuk kesucian cinta yang dipenuhi kasih sayang dan ketulusan

Aku Mencintaimu Karena Dirimu Adalah Cinta (Part II)

Cinta ku bersahaja
Memecah berhamburan di tepian padang safana
Merongga dan mendekam di sebidang bahu
Kala kau menyandarkan sebilah wajahmu di bahu ku

Pendar mata mu adalah selaksa bayangan hasrat dan bunga setaman jiwaku
Menyatu pada rangkaian sabda para dayang dayang di tepian nirwana
Dan ku pun luruh
Memahat kerinduan akan kebersamaan yang tak pernah terlupakan

Wahai penilam cahaya asmara hati ku
Akan ku raih biduk - biduk kemesraan dalam balutan kasih sayang
Akan kurangkum bayang - bayang rautan kegelapan
Demi melihat seutas senyum penderma ceria yang terpancar dari kelopak bening mata mu

Wahai bidadari kehidupan ku
Akan ku gores tepian langit
Memahat dan membentuk rarakan mega dengan rautan wajah mu
Agar ketika ku pandang langit
Ku lihat dirimu bersepuh dengan kelipan serakan bintang

Mungkin di suatu masa
Kita akan menyemai kelopak kelopak kuncup asmara
Menyerbuknya bersama
Hingga menjadi putik - putik bunga kesucian cinta kita

Dan di akhir sepenggalan jarak ajal yg terjemput
Akan tergetas baitan kataku yang bermakna padamu
Selirih getar dari kedalaman nurani ku kuucap
" aku mencintaimu karena dirimu adalah cinta"

Menjemput Impian

Aku ingin menemuimu di sisi badai
Berbaring bersama menyatu dalam kabut
Memerah rasa demi menyepuh sabda
Memancarkan buliran - buliran pendar pendar asmara

Kalam pernah memahatkan sayatan deburan ombak
Membimbingmu untuk merengkuh sebuah rasa yang memendam
Menyepuh sublim demi secarik hasrat
Akan sebuah tempat bersandar dalam kesepian dan puncak keterpurukan

Namun kebimbangan mendera dalam asa yang tersisa
Kecurigaan menghantam seponggok kekokohan di pecahan batu karang
Kecemburuan menyisakan sephati dendam
Dan akhirnya kau pun menghilang

Lalu kususuri lembah dan sisi bentangan langit
Demi menemukan sebait rasa yang dulu pernah menghinggap
Untuk memancarkan kembali pendar pendar rasa yang pernah menikam
Dan untuk melenyapkan gejolak kerinduan yang sering memuncak di setiap ketinggian malam

Deruan, terjalan dan kekokohan penghalang
Tak menggoyahkan hasrat untuk kembali menemukan
Penggalan pahatan hati pujaan kerinduan
Dan percikan dogma yang pernah tertinggal

Namun hingga sampai saat ini
Kau masih saja tak kunjung menjelma

Maka bersama semilir angin yg bersahutan
Ku titipkan kerinduan pada sang bidadari hati penikam hasrat dan keinginan.

Terima Kasih Tuhan Atas Pertambahan Umurku

Hari ini adalah beningan cahaya
Tergoreskan dalam sepuhan warna kembali kembang kembang jiwa
Pertambahan usia menilam pendaran rasa
Atas sebuah siratan hadir anugerah dari Sang Maha Pencipta

Goresan, hujaman, kepahitan dalam menerjang rintangan
Sayatan pengalaman menumbuhkan butiran pemahaman
Bahwa dunia adalah perenungan sisi bijak hitam dan putih
Dan sebagian berbaur dalam penggalana ke abu-abuan

Tuhan .....
Tak ada tanda yg bisa memburaikan rasa takjubku
Tak ada sepuhan warna keindahan yang bisa melukiskan rasa syukurku
Atas serpihan karunia MU

Tuhan .....
Mungkin aku hanyalah sepenggalan jiwa yang masih menikamkan kekotoran
Masih mencari celah di antara pijakan yang berbatu dan berdebu
Masih mencari sebuah sapa di antara kesepian dan puncak keterpurukan

Tuhan .....
Diri-Mu lah maha sempurna
Diri-Mu lah maha keagungan
Diri-Mu lah tempat persandaran

Maka .....
Bersama serpihan debu yang tertiup beterbangan
Ijinkanlah aku sejenak terpejam
Dalam renungan menyambut pertambahan usia demi puncak pendewasaan hati dan pikiran
-.-
Nb : Terima kasih untuk Maha pencipta atas anugerah terindah yg tersirat dalam perenungan di pertambahan usia ku ^_^

Aku Akan Selalu Mencintaimu Wahai Timnas Indonesiaku

Di medan perang pertandingan
Di arena lembah pertempuran
Di antara tusukan dan hujaman tikaman
Api berkobar menabuh genderang gemintangan

Aku melihatmu
Dengan keberanian yang tak tertandingkan
Dengan kegagahan yang tak tergambarkan
Menantang gelombang lawan dengan perjuangan tak kenal lelah hingga darah penghabisan

Meski strata tingkat lebih tinggi
Walau sejarah keemasan lawan lebih membuncah tinggi
Kau tak gentar
Terus berjuang hingga detik - detik akhir pertandingan

Walau kadang impian tak sesuai kenyataan
Menit terakhir menikam asa yang telah tergenggam
Kekalahan menyepuh seraut tawa menjadi tangisan
Dan Gelora bung karno tersaput awan mendung kesedihan

Namun aku akan selalu tetap mendukung mu
Namun aku akan selalu tetap mencintai mu

Karena kau tunjukan sebuah kualitas perjuangan tak kenal lelah
Kau tunjukan kolektivitas kebersamaan demi meraih impian yang mungkin tertilam
Kau berikan semangat keberanian yang memancar hingga ke ujung haribaan
Kau kibarkan panji merah putih di pendaran puncak langit nusantara

Maka biarkan aku tetap mencintai mu wahai timnas indonesiaku
Tak perduli kalah atau menang
Karena cinta bisa mengalahkan segalanya
Dan akan ku pahat namamu di puri terdalam langit - langit kebanggaan
-.-
Nb :
Puisi ini dibuat untuk para ksatria timnas indonesia yang berjuang di piala asia
" Maju terus timnas indonesia ku, walaupun kalah atau menang aku akan selalu tetap mendukungmu "

Hanya Sebatas Memuja

Rambut hitam mayang bergelombang
Rautan wajah sesempurna penciptaan
Pendar mata seteduh pohon di kerindangan
Kulit sehalus sutra yang terkembang tersentuh mesra semilir angin

Tutur bahasa yang terucap
Semerdu kicau burung yang bernyanyi riang berdendang
Kehalusan budi pekerti mu
Sebanding dengan linangan aura keindahan raga mu

Namun .....
Jangan pernah salah mengartikan
Perhatian dan uluran semurni ketulusan dari ku
Tak ada secuil pun terbesit untuk menggenggam puri terdalam hati mu

Kau adalah gemintangan rarakan bintang di langit yang berbuih berpendaran
Sedangkan aku adalah serpihan debu yang mudah terhapus di tepian jalanan
Aku terilam menghiba jasad temaram pesona
Dan sepenggalan jarak yang mengabadikan perbedaan

Maka ....
Biarkan aku hanya sebatas memujamu
Dan selalu tetap memberikan semurni ketulusan tanpa mengharap secercah pamrih
Sampai nanti
Hingga mata kita memejam abadi

Ijinkan Aku Menguntaian Permintaan Maaf Dari Kedalaman Sanubari

Untaian kata ini mengalir
Dari kedalaman sanubari
Dari ketulusan nurani
Demi getar - getar keindahan persahabatan

Jiwa ini adalah ladang tandus
Yang masih memiliki kekotoran hasrat nafsu duniawi
Terkadang melupakan getar - getar kesabaran
Demi menggelar amarah dan ke egoisan

Padahal ruang ini ruang terindah
Tempat mengoreskan untaian kata yang tersirat di jantung langit
Tempat berbagi dalam keluh kesah dan keterpurukan
Tempat bersinggah kala kita remuk redam dan membutuhkan sebidang bahu untuk bersandar

Hamba sadar
Hamba hanyalah sekedar untaian debu
Masih memiliki jiwa sekotor binatang
Kadang melupakan kesabaran dan memuncakkan keamarahan

Tak ada gading yang tak retak
Tak ada kesempurnaan yang mengabadi
Namun marilah kita sejenak merenungi
Mengambil hikmah dalam setiap pengalaman demi pendewasaan diri.

0 komentar:

Get Free Shots from Snap.com