Senin, 12 Maret 2012

BEKERJA DENGAN SEPENUH HATI

Asti, seorang penerjemah freelance, ditawari salah seorang temannya yang bekerja di sebuah perusahaan real estate untuk menerjemahkan dokumen perusahaan ke Bahasa Inggris. Sebenarnya proyek terjemahan tersebut telah dikeroyok oleh beberapa penerjemah lain, tetapi berhubung masih ada
beberapa puluh halaman terakhir yang belum dikerjakan, sang teman minta bantuan Asti agar dokumen tersebut selesai diterjemahkan tepat pada waktunya. Asti pun tak kuasa menolak saat melihat kepanikan di mata temannya dan
menyanggupi untuk membantu, walaupun imbalan yang dijanjikan memang tidak seberapa. Selama beberapa hari itu Asti hampir tidak pernah beranjak dari depan komputernya. Dia berusaha mengerjakan terjemahan itu dengan sepenuh
hati. Ia bahkan rela bolak-balik bertanya kepada beberapa orang yang kompeten di bidang real estate untuk mendapatkan hasil terjemahan yang benar, tak hanya
berbekal kamus. Tak pernah terlintas sedikitpun di benaknya untuk mengerjakan asal-asalan karena dia selalu percaya bahwa pekerjaan terbaik akan selalu memberi manfaat baginya, baik sekarang maupun pada masa mendatang. Pada hari yang ditentukan, akhirnya proyek terjemahan itu pun selesai.

Beberapa minggu kemudian, Asti dikejutkan oleh kedatangan teman yang pernah meminta bantuannya menerjemahkan sebuah dokumen perusahaan. Ternyata Asti mendapatkan panggilan dari pemimpin perusahaan tempat si teman bekerja. Usut punya usut, rupanya sang pemimpin perusahaan puas dengan hasil terjemahan Asti, yang dinilainya jauh berbeda dengan hasil terjemahan freelancer lain yang terkesan asal dan tidak profesional. Karena itulah, Asti kemudian ditawari pekerjaan tetap sebagai penerjemah di perusahaan tersebut, dengan penghasilan yang lebih tinggi dari yang didapatkannya selama ini.

Sepenggal cerita diatas bisa terjadi pada siapa saja, walaupun dengan latar belakang yang tidak persis sama. Kita mengerjakan sesuatu karena suka, ataupun atas dasar menolong seseorang, namun pada akhirnya apa yang kita
kerjakan menghasilkan sesuatu di luar dugaan. Seorang ibu rumah tangga yang punya hobi membuat kue bisa menjadi seorang wiraswastawan sukses karena kue-kue buatannya laris manis. Seorang penjahit terkenal di Ngagel - Surabaya yang dulunya suka membuat baju untuk dirinya sendiri dan adik-adiknya, sekarang menjadi penjahit langganan para pejabat teras di Kota Pahlawan itu. Masih banyak lagi kiranya kisah-kisah sukses yang berawal dari sesuatu yang rupanya sering kita lalaikan : bekerja dengan cinta, atau dalam kata lain, bekerja dengan sepenuh hati. Apapun pekerjaan itu, apabila dilakukan dengan sebaik-baiknya, pasti akan membawa manfaat, minimal bagi diri kita sendiri. Apabila gaji kita kecil, kompensasinya bukanlah rasa malas mengerjakan tugas-tugas kantor,
melainkan malah lebih giat bekerja dengan sebaik-baiknya. Manfaat bagi diri sendiri, pertama, rasa puas karena bisa menyelesaikan tugas dengan baik; kedua, kesempatan untuk meng-eksplore kemampuan diri; dan ketiga, kita menjadi lebih pandai dan terampil dalam bidang pekerjaan kita. Sedangkan efek samping dari itu bisa berupa kenaikan gaji atau promosi (karena bos puas dengan hasil kerja kita). Jikalau tidak ada efek samping seperti yang disebutkan, setidaknya diri kita sudah cukup dibekali dengan prestasi dan ketrampilan untuk bekerja di tempat lain yang menawarkan lebih banyak tantangan dan/atau peluang, atau bahkan memulai usaha kita sendiri.

Tidak ada yang sia-sia dengan melakukan sesuatu dengan kesungguhan. Marilah bersama-sama berpikir, kita bekerja untuk memperkaya ketrampilan dan meningkatkan kualitas diri, bukan untuk mendapatkan efek samping seperti yang
disebutkan diatas. Mungkin pada awalnya kita bekerja untuk mendapatkan uang, tapi itu adalah tujuan jangka pendek kita. Tujuan jangka panjang adalah menjadi persona yang lebih pandai dan lebih berkualitas sehingga peluang untuk menjadi lebih maju semakin besar. Kita mulai dengan lari-lari kecil, setelah jantung dan nafas kita semakin kuat, kita bisa belajar berlari cepat, bahkan kita bisa bermimpi untuk menjadi pelari olimpiade. Semangat inilah yang membedakan orang-orang besar seperti Bill Gates (Microsoft), Kol. Sanders (KFC), atau Ibu Martha Tilaar
(Sari Ayu Cosmetics), dari orang kebanyakan seperti kita.

Mereka berkarya dengan tekun dan sungguh-sungguh, merangkak dari orang biasa dan karyawan biasa, menjadi raksasa bisnis di bidang masing-masing. Menjadi seperti mereka adalah impian hampir setiap orang dan ini bukanlah
impian yang bukan tak mungkin untuk dicapai. Sering kita mendengar, kita tidak akan menjadi orang besar jika tidak berani berpikir besar. Jadi, mari kita bersama-sama menjadi orang besar, mulai dengan sebuah langkah kecil bernama : bekerja sepenuh hati !

0 komentar:

Get Free Shots from Snap.com