Kelas merupakan salah satu aspek pendidikan yang paling penting. Pasalnya, dalam dunia pendidikan di Indonesia, kelas merupakan tempat yang dijadikan sebagai lokasi pembelajaran selain lingkungan sekitar. Bisa dikatakan, kelas merupakan arena belajar bagi siswa dan menjadi tempat bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang baik secara fisik, intelektual maupun emosional. Oleh karena itu, agar kelas bisa difungsikan secara maksimal, kelas harus dikelola sedemikian rupa sehingga bisa menjadi tempat belajar yang menyenangkan.
Secara fisik, kelas haruslah memenuhi beberapa aspek seperti rapi, bersih, sehat, memiliki luas yang cukup dan tidak lembab. Aspek penerangan yang cukup baik dari lampu maupun sinar matahari, sirkulasi udara yang cukup sehingga siswa bisa merasakan udara yang selalu fresh. Selain itu perabot berada dalam keadaan baik dan cukup untuk memenuhi kebutuhan anggota kelas.
Bila kita menilik penataan kelas di hampir seluruh sekolah negeri di Indonesia, tak semua sekolah mampu menghadirkan kelas yang menyenangkan sekaligus memenuhi aspek fisik tersebut. Seringkali kelas hanya diisi dengan kursi dan meja yang bentuknya itu-itu saja. Ditata dengan cara konvensional pula. Menghadap papan tulis dengan jarak duduk seperti bangku bis umum kelas ekonomi.
Kalaupun ada sekolah yang bisa memenuhi kriteria fisik tersebut dan dengan penataan yang menabrak pakem, seringkali kita temui di sekolah-seolah swasta yang mengambil kiblat kurikulum luar negeri. Sekolah-sekolah seperti ini bukan hanya terbatas dalam jumlah, namun hanya siswa tertentu saja yang bisa menikmatinya. Siswa yang memiliki orang tua yang tak sayang mengeluarkan uang dalam jumlah besar untuk membiayai sekolah mereka di sekolah bonafid dan bertaraf internasional.
Lantas bagaimana nasib anak-anak yang bersekolah di pedalaman, yang untuk belajar pun masih sering berada di ruangan tanpa kelas yang layak. Bahkan lebih parah, tak memiliki kelas. Bukan karena menerapkan pembelajaran alam, tapi karena kelas yang harusnya bisa ditempati atapnya rusak atau lantainya tergenang air sisa hujan semalam. Mengharapkan bantuan semacam pundi amal pun belum tentu segera datang.
Memang, anggaran pendidikan telah dinaikkan secara signifikan. Hampir sebagian besar sekolah-sekolah pun telah menerima uang BOS (Bantuan Operasioanal Sekolah). Tapi nyatanya masih banyak angka ketidaklulusan, masih banyak siswa yang enggan pergi ke sekolah dan memilih untuk belajar di warnet atau game center. Keadaan ini hampir bisa membuat frustasi pengamat pendidikan di Indonesia.
Jika kita mampu melihat lebih jernih, kelas yang membosankan bisa menjadi penyebab tidak majunya pendidikan di Indonesia. Mari kita sedikit menilik keadaan kelas di sekolah sekolah luar negeri yang dikelola negara, bukan swasta. Di negara yang setara dengan Indonesia dalam hal kemampuan ekonomi seperti Meksiko atau Rumania misalnya, kelas di salah satu sekolah mereka setidaknya tidak tampak membosankan.
Atau tak jauh-jauh, kita menilik negara tetangga, Australia. Kelas-kelas di negari kangguru tersebut ditata sedemikian rupa hingga membuat siswa merasa nyaman belajar dikelas. Mereka tak pelit warna, bentuk furniture yang dipkai pun tak mesti seragam. Susunan meja di kelaspun tak melulu berbentu seperti seminar. Ada yang bangku-bangkunya disusun dengan membentuk huruf U atau bahkan O. Dan guru lebih leluasa berjalan untuk mengawasi siswanya.
Karena itu, untuk mejadikan kelas lebih menyenangkan kita pun bisa menerapkan hal yang sama di Indonesia. Dan ini tak butuh biaya mahal sebenarnya. Dari sisi penataan bangku, bukankah cukup mudah jika dalam tempo dua atau tiga minggu sekali guru memerintahkan murid untuk mengubah susunan bangkunya.
Guru juga bisa membawa pemutar kaset atau cd dan memperdengarkan musik-musik instrumental yang bisa menghadirkan atmosfir berbeda bagi siswa atau murid. Selain itu bisa ditempelkan pula gambar-gambar yang menjadi favorit siswa. Hal lain yang penting adalah membangun kebersamaan antara siswa dan guru sehingga Guru bisa menjelma menjadi tokoh panutan siswa tanpa paksaan.
Lingkungan kelas yang nyaman bisa diciptakan, bahwa tanpa membutuhkan biaya besar. Hanya kita mau atau masih enggan.
0 komentar:
Posting Komentar