Kamis, 15 Desember 2011

CINTA VALENTINE

14 februari adalah Hari Valentine, hari dimana kita merayakan cinta yang romantis. Ia menjadi tema untuk pembuatan lagu, puisi, lukisan, prosa, film, dan teater. Kebanyakan wanita, 80%, menilai para pria di dalam hidupnya tidak romantis. Pada hari Valentine, para pria menghabiskan uang tigakali lipat untuk sang pujaan hati dalam bentuk coklat, bunga, tamasya, baju, dan kencan romantis untuk berdua sebagai wujud untuk membuktikan bahwa penilaian wanita salah.

Santa Valentine adalah seorang pendeta Kristen yang dihukum mati karena menikah menentang titah Raja Claudius II yang ingin pasukannya tidak menikah. Atau ia dibunuh karena membantu orang-orang Kristen melarikan diri dari penjara Roma dimana mereka sering dihajar dan disiksa. Beberapa legenda mengatakan ia menuliskan surat cinta kepada anak perempuan tahanan dan menuliskan "from your Valentine." Apapun kenyataannya, ia adalah symbol dari cinta yang bertahan dalam situasi kejam.

Saya pikir inilah pesan yang perlu kita sampaikan pada Hari Valentine, bukanlah syair romantis atau coklat dalam kotak berbentuk hati ataupun pakaian yang indah dipandang. Cinta ini, LAHIR DARI HATI YANG TIDAK MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI, dan ditumbuhkan dengan keberanian dan keyakinan, dapat bertahan dalam situasi yang terburuk sekalipun.

Sebagai ganti cinta, Buddhis menggunakan kata welas asih. Ini bermakna lebih dalam, lebih luas, perasaan yang lebih murah hati.
Cinta dapat menjadi serakah, menekan, menuntut, dan berbagai hal negatif lainnya, tetapi welas asih menuntun kepada sikap tidak mementingkan diri sendiri.

Yang Mulia Dalai Lama berkata, "Cinta sejati tidak didasarkan atas kemelekatan, tetapi atas dasar altruisme. Dalam hal ini, welas asih anda akan tinggal sebagai reaksi manusiawi atas penderitaan sepanjang mahkluk hidup terus menderita."

KITA TELAH MELUPAKAN BAHWA CINTA ADALAH KEKUATAN TERDAHSYAT DALAM ALAM SEMSTA. Buddha, Ghandi, Dalai Lama, dan Martin Luther King semua telah mengatakan hal yang sama. "KEGELAPAN tidak dapat menghilangkan KEGELAPAN, hanya TERANG yang dapat melakukannya.
KEBENCIAN tidak dapat menghilangkan KEBENCIAN, hanya CINTA yang dapat melakukannya." Pesan ini semakin hilang dari budaya kita. Kita diracuni oleh film-film yang mengutarakan balas dendam "Kill Bill", "Paparazzi", "Payback", "The Punisher", sekurang-kurangnya satu atau dua film di bioskop setiap bulannya. Jarang sekali para pendukungnya menyimpulkan bahwa pembalasan bukanlah jawaban terbaik.
Saat Natal, lebih banyak film tentang kebencian dan teror diputar, dibandingkan mengenai cinta.

Bunda Theresa berkata, "Pergilah ke dalam dunia hari ini dan cintailah orang-orang yang kamu temukan. IJINKANLAH KEHADIRANMU MEMANCARKAN CAHAYA BARU DALAM HATI ORANG LAIN." Betapa menyegarkan jika benar-benar menjalani kehidupan seperti itu. Tidak menilai orang. Tidak ada penghakiman. Tidak ada pengucilan. Hanya cukup menunjukkan welas asih kepada setiap orang yang kita temui.

MENUNJUKKAN CINTA YANG TULUS ADALAH RESIKO YANG TIDAK BERANI DIAMBIL OLEH KEBANYAKAN ORANG. Kristus berkata "kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri." Ghandi meyakini seorang penakut tidaklah mampu memancarkan cinta; INI ADALAH MILIK PARA PEMBERANI.
Terlalu banyak dari kita ingin dibalas dicintai dengan kadar yang sama, hal ini bagaikan pertukaran barang yang kita perhitungkan dengan sangat teliti. Andai kita dapat yakin terhadap karma dan kesalingtergantungan dari segala sesuatu, kita dapat menyadari bahwa ia akan kembali kepada kita pada akhirnya, tetapi jarang dalam cara yang dapat kita kenali. Kita perlu yakin terhadap proses ini. Yang lebih penting adalah, mencintai orang lain membantu kita menumbuhkan kedamaian dalam diri sendiri. Membawa cinta dalam hati kita memberikan kita kekuatan dan kebahagiaan. SANGATLAH PENTING UNTUK MENCINTAI MEREKA YANG TIDAK DICINTAI ATAU DITELANTARKAN, karena mereka sangatlah membutuhkan. Yang aneh, penyendiri, pendatang baru, pemarah, sakit hati, kesepian, dikecewakan. Mencintai mereka akan sulit. Mungkin tidak akan ada tanggapan positif. Tetapi, jika cukup dari kita, dalam waktu yang cukup pula, ini akan membuat perbedaan dan bergema melewati banyak kehidupan.

Bagaimanapun juga kita harus yakin untuk dapat memenuhi kebutuhan utama orang-orang yang sangat bergantung kepada kita. Ketika ditanya apa yang dapat kita lakukan untuk menciptakan kedamaian dunia, Bunda Theresa menjawab, "PULANG DAN CINTAILAH KELUARGAMU."

Beberapa dari kita yang cukup beruntung memiliki hubungan intim juga perlu mencintai dengan keseluruhan diri kita. Terlalu banyak orang mencintai setengah hati, bahkan dengan pasangan mereka sendiri, dihitung-hitung bagaikan cinta seperti barang berharga yang terbatas.
Barbara DeAngelis menuliskan "Ketikan anda mencintai secara mendalam, berani dan dengan komitmen, anda mengundang Kebenaran ke dalam hubungan anda Cinta yang besar mungkin akan membuat anda tidak nyaman ketika ia memaksa anda untuk memandang cermin diri sendiri. "Ini menakutkan dan membebaskan sekaligus. CINTA DAPAT MEMBANTU KITA UNTUK MELIHAT DIRI SENDIRI APA ADANYA.

Belajar untuk mencintai seseorang sepenuh hati, meskipun terdapat gangguan, kekecewaan, dan keterbatasan, tanpa syarat ataupun rintangan, membebaskan hati untuk bertumbuh dalam pengertian dan welas asih. Ini tercurah dalam sisa hidup kita, membantu kita mencintai sesama, tetangga, di meja sebelah, di propinsi lain, dan seluruh dunia. JIKA KITA DAPAT MELIHAT KEKURANGAN ORANG LAIN, TERIMA MEREKA, DAN TETAP MENCINTAINYA, kita akan menjadi lebih siap menjadi mahkluk welas asih sejati. Ketika kita mengalami cinta sejati yang tulus dengan orang lain, kita menyadari kekuatan dahsyatnya dan termotivasi untuk membawanya ke sisi lain kehidupan.

Begitu juga, ketika pujaan hati kita melihat ke dalam mata kita, mengenal kita lebih baik dari siapapun juga, dan mencintai kita bagaimanapun juga, kita menjadi lebih mampu mencintai diri sendiri.
Inilah akar dari semuanya. Jika kita tidak mencintai diri sendiri, kita tidak memiliki kedamaian batin. TANPA KEDAMAIAN BATIN, DAMAI DENGAN ORANG LAIN, DAMAI DI DUNIA, TIDAKLAH MUNGKIN.

Buddha memiliki welas asih tak terbatas. Cintanya abadi dan tanpa batas. Kita berjuang untuk mencapai tingkat kesempurnaan ini, tetapi biasanya menyerah di tengah jalan. Mari kita gunakan Hari Valentine ini, hari perayaan cinta, untuk mengingatkan kita bahwa SETIAP TINDAKAN MEMILIKI AKIBAT YANG LUAS. Karma mencintai orang lain tidak dapat terukur. Begitu juga, ketika kita mencintai pasangan kita, anak-anak kita, keluarga dan sahabat kita, tetangga dan masyarakat kita, sesama kita sebagai manusia, dan seluruh mahkluk hidup, benang kesalingtergantungan membawa semua itu kembali. DENGAN CINTA KEPADA MEREKA, KITA MENCINTAI DIRI SENDIRI. DENGAN CINTA KEPADA DIRI SENDIRI, KITA MENCINTAI MEREKA. Menyelimuti semua itu adalah welas asih Buddha, selalu sabar, menunggu ketika kita belajar bahwa cinta bukanlah coklat atau mawar merah, tetapi sebuah senyuman lembut kepada orang asing di dalam bis.

Jadi di Hari Valentine ini, mari kita mengulang kata-kata Thich Nhat Hanh dari Present Moment Wonderful Moment: Bangun di pagi hari ini, aku tersenyum. Dua puluh empat jam baru hadir untukku. Aku bertekad untuk hidup sepenuhnya dalam setiap momen dan melihat semua mahkluk dengan mata welas asih.

0 komentar:

Get Free Shots from Snap.com